Namun, kali ini, Tuhan membenarkan untuk pencuri itu mencuri hati saya.Mungkin orang itu benar-benar layak untuk mencuri. Namun, dia mungkin pencuri yang ikhlas dan terbaik buat saya. Allah lagi Maha Mengetahui. Semoga segalanya berakhir dengan memori yang baik sekali. Saya percaya dan yakin, Allah sentiasa bersama-sama saya membantu saya dalam mencari sinar kebahagiaan. Alhamdulillah wallahuakhbar. Semoga berakhir dengan baik dan bahagia.
Anda Suka Blog Ini?
::Followers::
Friday, April 22, 2011
Pencuri Yang Ikhlas
Namun, kali ini, Tuhan membenarkan untuk pencuri itu mencuri hati saya.Mungkin orang itu benar-benar layak untuk mencuri. Namun, dia mungkin pencuri yang ikhlas dan terbaik buat saya. Allah lagi Maha Mengetahui. Semoga segalanya berakhir dengan memori yang baik sekali. Saya percaya dan yakin, Allah sentiasa bersama-sama saya membantu saya dalam mencari sinar kebahagiaan. Alhamdulillah wallahuakhbar. Semoga berakhir dengan baik dan bahagia.
Sunday, April 17, 2011
Baik-baik
Jika berfikiran baik, anda akan bertemu orang baik-baik. Untuk bertemu orang baik-baik, kena fikir baik-baik dan berbuat baik-baik, kerana berfikir dan berbuat y baik-baik akan memantulkan perkara yang baik-baik. Ingatlah perkara baik-baik untuk mengelakkan perkara yang tidak baik-baik. Baik-baiklah di dunia untuk baik-baik di akhirat. Buatlah sesuatu baik-baik untuk hasil yang baik-baik. Hiduplah baik-baik agar menikmati perkara baik-baik. Isilah masa baik-baik agar masa diisi dengan cara yang baik-baik. Pergunakanlah usiamu baik-baik agar nikmati hari tua dengan baik-baik. Baik-baiklah pada mereka kelak hidupmu dikelilingi orang yang baik-baik.
Baik, selamat malam orang yang baik-baik. Alhamdulillah.
Lenyapkanlah
Syukur pada Nya atas nikmat nyawa pada hari ini. Masih lagi aku mampu bernafas dan menikmati hari-hari seperti sebelumnya. Ya Allah, peristiwa dua bulan lepas masih belum dapat dilupakan tahap traumanya. Hilangkanlah rasa geram pada hati ini atas perlakuan yang sehingga kini aku masih tidak dapat maafkan. Kejam rasanya. Hapuskanlah rasa marah dan geram aku yang mencengkam hati sehingga timbul rasa benci pada manusia ini. Sepanjang kehidupan dialah manusia yang amat mencengkam kemarahan diri ini dan hanya mampu tersimpan dalam hati. Kenapa begitu sukar untuk memaafkannya. Geram, benci, marah semuanya terpahat.Dia yang membenarkan aku mengukir dan memahat rasa itu pada hati ini. Doakan aku sahabat-sahabat yang membaca blog aku ini. Aku diperlakukan begitu kejam sebab itulah aku tidak mampu lupakan. Namun, Tuhan itu Maha Mendengar dan Dia telah membantuku keluar daripada situasi yang DURJANA itu. Nikmat UJIAN yang telah Allah berikan untuk aku rasai. Cepatlah rasa ini pergi kerana MEROSAKKAN HATI AKU.Aku mahu hati ini kembali bersih tanpa sekelumit dosa. RIMAS rasanya bila hati begini apabila teringat akan episod DURJANA itu.
Saturday, April 16, 2011
Menelusuri Sejarah Imam Al-Bukhary
Kelahiran dan Masa Kecil Imam Bukhari
Imam Bukhari (semoga Allah merahmatinya) lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo'a untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total. Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
Tempat beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula yang telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani, al-Bairuni dan lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah. Sekalipun daerah tersebut telah jatuh di bawah kekuasaan Uni Sovyet (Rusia), namun menurut Alexandre Benningsen dan Chantal Lemercier Quelquejay dalam bukunya "Islam in the Sivyet Union" (New York, 1967), pemeluk Islamnya masih berjumlah 30 milliun. Jadi merupakan daerah yang pemeluk Islam-nya nomor lima besarnya di dunia setelah Indonesia, Pakistan, India dan Cina.
Keluarga dan Guru Imam Bukhari
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti "al-Mubarak" dan "al-Waki". Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya "Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien).
Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma'in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.
Kegeniusan Imam Bukhari
Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia sering dicela membuang waktu karena tidak mencatat, namun Bukhari diam tak menjawab. Suatu hari, karena merasa kesal terhadap celaan itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka, kemudian beliau membacakan secara tepat apa yang pernah disampaikan selama dalam kuliah dan ceramah tersebut. Tercenganglah mereka semua, lantaran Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat. Ketika sedang berada di Bagdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli hadits yang ingin menguji ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100 buah hadits yang sengaja "diputar-balikkan" untuk menguji hafalan Imam Bukhari. Ternyata hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari mengulang kembali secara tepat masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya, kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits yang salah tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan penanya dan urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya. Inilah yang sangat luar biasa dari sang Imam, karena beliau mampu menghafal hanya dalam waktu satu kali dengar. Selain terkenal sebagai seorang ahli hadits, Imam Bukhari ternyata tidak melupakan kegiatan lain, yakni olahraga. Ia misalnya sering belajar memanah sampai mahir, sehingga dikatakan sepanjang hidupnya, sang Imam tidak pernah luput dalam memanah kecuali hanya dua kali. Keadaan itu timbul sebagai pengamalan sunnah Rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum Muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat-alat perang lainnya.
Karya-karya Imam Bukhari
Karyanya yang pertama berjudul "Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien" (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien). Kitab ini ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun, Imam Bukhari menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis kitab "At-Tarikh" (sejarah) yang terkenal itu. Beliau pernah berkata, "Saya menulis buku "At-Tarikh" di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu malam bulan purnama".
Karya Imam Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami' ash Shahih, Al-Adab al Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al 'Ilal, Raf'ul Yadain fis Salah, Birrul Walidain, Kitab Ad Du'afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua karyanya tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami' as-Shahih yang lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, Imam Bukhari berkata: "Aku bermimpi melihat Rasulullah saw., seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta'bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami' As-Sahih."
Dalam menghimpun hadits-hadits shahih dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi, serta memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits yang diriwayatkannya.
Imam Bukhari senantiasa membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan, satu dengan lainnya, menyaringnya dan memilih mana yang menurutnya paling shahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya: "Aku susun kitab Al Jami' ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun."
Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya, diantaranya adalah Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al Hajjaj (pengarang kitab Shahih Muslim). Imam Muslim menceritakan : "Ketika Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur yang memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan kepadanya." Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau tiga marhalah (100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az Zihli (guru Imam Bukhari) berkata : "Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya."
Penelitian Hadits
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.
Namun tidak semua hadits yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat / pembawa) hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami' as-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Dalam meneliti dan menyeleksi hadits dan diskusi dengan para perawi tersebut, Imam Bukhari sangat sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun tajam. Kepada para perawi yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, "perlu dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam dari hal itu" sementara kepada para perawi yang haditsnya tidak jelas ia menyatakan "Haditsnya diingkari". Bahkan banyak meninggalkan perawi yang diragukan kejujurannya. Beliau berkata "Saya meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadits-hadits dengan jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam pandanganku perlu dipertimbangkan".
Banyak para ulama atau perawi yang ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri dan sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai sebuah hadits, mencek keakuratan sebuah hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz seperti yang dikatakan beliau "Saya telah mengunjungi Syam, Mesir dan Jazirah masing-masing dua kali, ke Basrah empat kali menetap di Hijaz selama enam tahun dan tidak dapat dihitung berapa kali saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits."
Disela-sela kesibukannya sebagai sebagai ulama, pakar hadits, ia juga dikenal sebagai ulama dan ahli fiqih, bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan rekreatif seperti belajar memanah sampai mahir, bahkan menurut suatu riwayat, Imam Bukhari tidak pernah luput memanah kecuali dua kali.
Metode Imam Bukhari dalam Menulis Kitab Hadits
Sebagai intelektual muslim yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal sebagai pengarang kitab yang produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu hadits, tapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh. Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan umat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid mustaqil (ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat pada mazhab tertentu, sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum.
Pendapat-pendapatnya terkadang sejalan dengan Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi, pendiri mazhab Hanafi), tetapi terkadang bisa berbeda dengan beliau. Sebagai pemikir bebas yang menguasai ribuan hadits shahih, suatu saat beliau bisa sejalan dengan Ibnu Abbas, Atha ataupun Mujahid dan bisa juga berbeda pendapat dengan mereka.
Diantara puluhan kitabnya, yang paling masyhur ialah kumpulan hadits shahih yang berjudul Al-Jami' as-Shahih, yang belakangan lebih populer dengan sebutan Shahih Bukhari. Ada kisah unik tentang penyusunan kitab ini. Suatu malam Imam Bukhari bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw., seolah-olah Nabi Muhammad saw. berdiri dihadapannya. Imam Bukhari lalu menanyakan makna mimpi itu kepada ahli mimpi. Jawabannya adalah beliau (Imam Bukhari) akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan yang disertakan orang dalam sejumlah hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain yang mendorong beliau untuk menulis kitab "Al-Jami 'as-Shahih".
Dalam menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut Al-Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata. "Saya susun kitab Al-Jami' as-Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih". Di Masjidil Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan bab-babnya secara sistematis.
Setelah itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok bahasannya di Rawdah Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia mengumpulkan sejumlah hadits dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan kitab ini dilakukan di dua kota suci tersebut dengan cermat dan tekun selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan cukup modern sehingga hadits haditsnya dapat dipertanggung-jawabkan.
Dengan bersungguh-sungguh ia meneliti dan menyelidiki kredibilitas para perawi sehingga benar-benar memperoleh kepastian akan keshahihan hadits yang diriwayatkan. Ia juga selalu membandingkan hadits satu dengan yang lainnya, memilih dan menyaring, mana yang menurut pertimbangannya secara nalar paling shahih. Dengan demikian, kitab hadits susunan Imam Bukhari benar-benar menjadi batu uji dan penyaring bagi sejumlah hadits lainnya. "Saya tidak memuat sebuah hadits pun dalam kitab ini kecuali hadits-hadits shahih", katanya suatu saat.
Di belakang hari, para ulama hadits menyatakan, dalam menyusun kitab Al-Jami' as-Shahih, Imam Bukhari selalu berpegang teguh pada tingkat keshahihan paling tinggi dan tidak akan turun dari tingkat tersebut, kecuali terhadap beberapa hadits yang bukan merupakan materi pokok dari sebuah bab.
Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab Shahih Bukhari itu memuat 7275 hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat secara berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan. Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam kitab At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata pendahuluannya untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah atau penjelasan atas kitab Shahih Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang dimuat dalam Shahih Bukhari (setelah dikurangi dengan hadits yang dimuat secara berulang) sebanyak 2.602 buah. Sedangkan hadits yang mu'allaq (ada kaitan satu dengan yang lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada 159 buah. Adapun jumlah semua hadits shahih termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7397 buah. Perhitungan berbeda diantara para ahli hadits tersebut dalam mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits.
Terjadinya Fitnah
Muhammad bin Yahya Az-Zihli berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang diberikannya. Ia berkata: "Pergilah kalian kepada orang alim dan saleh itu, ikuti dan dengarkan pengajiannya." Namun tak lama kemudian ia mendapat fitnah dari orang-orang yang dengki. Mereka menuduh sang Imam sebagai orang yang berpendapat bahwa "Al-Qur'an adalah makhluk".
Hal inilah yang menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya, Az-Zihli kepadanya. Kata Az-Zihli : "Barang siapa berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur'an adalah makhluk, maka ia adalah ahli bid'ah. Ia tidak boleh diajak bicara dan majelisnya tidak boleh didatangi. Dan barang siapa masih mengunjungi majelisnya, curigailah dia." Setelah adanya ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya.
Sebenarnya, Imam Bukhari terlepas dari fitnah yang dituduhkan kepadanya itu. Diceritakan, seseorang berdiri dan mengajukan pertanyaan kepadanya: "Bagaimana pendapat Anda tentang lafadz-lafadz Al-Qur'an, makhluk ataukah bukan?" Bukhari berpaling dari orang itu dan tidak mau menjawab kendati pertanyaan itu diajukan sampai tiga kali.
Tetapi orang itu terus mendesak. Ia pun menjawab: "Al-Qur'an adalah kalam Allah, bukan makhluk, sedangkan perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah merupakan bid'ah." Pendapat yang dikemukakan Imam Bukhari ini, yakni dengan membedakan antara yang dibaca dengan bacaan, adalah pendapat yang menjadi pegangan para ulama ahli tahqiq (pengambil kebijakan) dan ulama salaf. Tetapi dengki dan iri adalah buta dan tuli. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Bukhari pernah berkata : "Iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Al-Quran adalah kalam Allah, bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW, yang paling utama adalah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Dengan berpegang pada keimanan inilah aku hidup, aku mati dan dibangkitkan di akhirat kelak, insya Allah." Di lain kesempatan, ia berkata: "Barang siapa menuduhku berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur'an adalah makhluk, ia adalah pendusta."
Wafatnya Imam Bukhari
Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun.
Sumber: Sejarah_singkat_imam_bukhari.htm
Meninggalkan Al-Quran Hati Menjadi Gelap
Sesungguhnya meninggalkan Al-Quran beberapa hari menyebabkan hati terasa gelap dan buta sekali. Marilah kita kembali. Sesungguhnya, dengan membaca Al-Quran menyebabkan hati tenang dan lebih segar. Tiada ubat lain sebenarnya melainkan bersama-sama Allah S.W.T. Sedih sangat.Banyak masa selama ini sibuk pada perkara lain dan keduniaan. Jika dahulu boleh katakan setiap hari. Apabila mula kerja, seminggu sekali, itupun pada malam jumaat dan hari-hari tertentu sahaja. Jom, kembali pada Allah S.W.T. Sesungguhnya saya rindukan juga sahabat-sahabat untuk bertadarus, sahabat-sahabat untuk menyegarkan hati saya dengan kalimah-kalimah Allah. Saya duduk dan sering terfikir, adakalanya iman kita pasang surut. Ketika surut, Allah datang mencari kita dan Dia bersama kita datang walaupun kita melupakanNya. Sedihkan? Tujuan hidup tiada lain melainkan kehidupan akhirat. Ada 9 juzuk lagi yang saya tinggalkan. Curilah masa setiap hari. Bukankah Allah jadikan masa untuk beribadah kepadaNya? Jom, azan maghrib sudah berkumandang, kita segerakan solat.
Speaking English
I need people to help me to speak in english fluently.I need to learn more and more as long as my dream to be come true. Come to me please!Hehehe.
I love the way Prof.Datin Dr Amla Binti Mohd Salleh speak in english. Simple, easy to understand and smoothly.
"Wahai Tuhanku, janganlah engkau pesongkan hatiku setelah memberi hidayah kepadaku. Terangkanlah jalanku dalam mencari kehidupan ini. Sesungguhnya, ilmu-ilmu sekeliling yang ada ini adalah hak Allah S.W.T. Aku ini hanya mencari ilmuMu.Sesungguhnya aku yakin Allah itu tidak pernah memungkiri janjiNya. Allahuakhbar"
Friday, April 15, 2011
Buat Kajian
Tiba-tiba tora datang lagi!Hehe.Ayat iklan televisyen jer. Begini, tiba-tiba terfikir tentang suatu perkara. Beberapa minggu lepas, aku masuk kelas ganti, bila disoal tentang rukun Islam dan rukun Iman, semua pelajar aku ingat. Woah!Hebat!Hebat!Hebat!Aku mula membuat perbandingan tentang pengalaman aku berada di suatu tempat keilmuan,apabila aku tanya pada pelajar di sana tentang rukun Iman, dan rukun Islam habis berterabur dan adakalanya tidak tahu langsung mengucap kalimah syahadah. Hebatnya pelajar-pelajar di negeri Kedah tempat sekarang ini, persekitaran mereka agak berbeza dengan di kawasan Selangor. (Maaflah terlalu terbuka, tetapi realiti untuk diperkatakan). Pelajar disini walaupun nakal-nakal itu menjadi kebiasaan tetapi masih tersemat di hati mereka tentang penghayatan rukun Islam dan rukun Iman. Beginilah tugas seorang guru merangkap sebagai seorang guru bimbingan dan kaunseling. Benar-benar kuhargai kerjaya ini kerana adalah medan kepadaku menyampaikan sesuatu yang benar. Terasa ingin tumpah air mata apabila ada pelajar yang tidak tahu mengucap.Dalam masa yang sama sebak hati dan terketar-ketar di lidah untuk bertanya kenapa jadi sampai tahap mereka tidak tahu. Jawapannya adalah ibu bapa tidak pernah ajar. Maka, menjadi tanggungjawab guru untuk mengislamkan kembali. Namun, aku bukanlah hebat dalam bidang agama, cuma dalam masa aku belajar, aku menyampaikan kepada pelajar-pelajarku. Mereka tidak berpengetahuan bukan untuk diperlekeh dan dihina, sebaliknya mereka perlu dididik dalam masa yang sama mengigatkan diri kita. Jika guru tahu mendidik, tetapi guru sendiri yang tidak betul caranya, itu dinamakan mengajar itik berenang.
Mudah sahaja, jika kita ingin mengetahui berapa ramai yang masih ingat tentang rukun Islam dan rukun Iman begini caranya.
1. Anda pergi di tempat awam, tiba-tiba lontarkan sahaja kepada sesiapa tentang soalan apakah rukun Islam dan apakah rukun Iman. Saya pernah buat pada pelajar. Yang terkejut dan tergaru-garu kepala pun ada, tetapi mereka berjaya jawab. Nanti, bagilah token kepada sesiapa yang boleh jawab. Senang cara nak buat pahala sebenarnya kan?
2. Pergi di suatu lokasi, contoh di universiti, apabila terjumpa individu yang berpangkat anda pergi dekat dengannya dengan penuh merendah diri anda tanyakan soalan apakah rukun Islam dan apakah rukun Iman. Mereka tidak akan sepak dan melempang anda, sebab anda bertanya yang baik-baik. Cuma mungkin terkejut sedikit. Dari situ, anda cuba lihat dan buat kajian.
Adakalanya yang asas kita pernah belajar ketika sekolah rendah lagi, apabila sudah masuk ke alam universiti, alam pekerjaan kita tinggal semuanya pengetahuan yang ustazah Fardhuain ajar. Sedangkan perkara asas itulah yang kita akan bawa untuk masuk kubur kelak. Wallahua'alam bissawab.
Sekian.
Sikap Ingin Dipuji Berlebih-lebihan
Pada hari jumaat yang mulia ini, saya bawakan satu tazkirah untuk kita hayati bersama. Manusia tidak lari daripada sifat ingin dihargai. Baik dalam situasi bekerja mahupun dalam situasi pergaulan seharian. Dalam tidak sedar sikap suka dipuji dan ingin dipuji menimbulkan perasaan riak dan bangga diri yang boleh mengundang masalah hati. Dengan perasaan itu kita rasakan kita diterima semua, dihargai dan disukai oleh semua bila dipuji. Malangnya, kita sering terlepas pandang, rupanya sikap itu telah membawa kita kepada ada rasa ingin menunjuk-nunjuk. Benar, manusia amat suka untuk dipuji lebih-lebih lagi untuk rasa diterima. Pujian itu haruslah berpada-pada dan kena pada tempatnya. Islam menggalakkan semua perkara secara wasatiah dan adil. Puji pun perlu adil ker?Benar, puji itu harus kena pada tempatnya dan jika orang yang memuji pula melebih-lebihkan sehingga merosakkan hati orang yang suka dipuji itu juga akan mendatangkan bonus dosa juga. Memang niat kita untuk menyenangi hati orang lain, tetapi haruslah secara berpada-pada. Mentang-mentang entri ini menyatakan pujian perlu berpada-pada, janganlah pula kita mencerca orang tidak tentu pasal. Dalam blog Dr.Burhanuddin Abd Jalal, suatu artikel berkaitan pujian secara berlebihan pernah ditulis yang berbunyi:
Dalam kehidupan masyarakat pada hari ini, terdapat satu sindrom atau 'gejala' pujian berlebihan yang diberikan kepada seseorang, kumpulan, kelompok, organisasi atau sesiapa sahaja yang mungkin boleh ditakrifkan' apa saja yang sama waktu dengannya". Apakah kesan sanjungan atau pujian yang berlebihan. Sanjungan atau pujian berlebihan mungkin akan mengakibatkan oleh enam kesan negatif; empat daripadanya terhadap orang yang menyanjung, dan dua lagi kepada orang yang disanjung. Penyakit atau kesan negatif terhadap orang yang menyanjung adalah :
• Berlebih-lebihan sehingga sampai kebohongan.
• Kemungkinan menutupi kesilapan dan kesalahan
• Kadang-kadang mengatakan hal yang tidak sebenarnya.
• Bila mendapat sanjungan tersebut membuat senang orang yang disanjung sedangkan ia orang zalim atau fasiq.
Penyakit atau kesan negatif terhadap orang yang disanjung adalah:
• Kesombongan dan ujub.
• Menyenangi sanjungan dan berpuas atau berasa hairan terhadap dirinya sendiri (ujub).
Itulah yang dinyatakan dalam tulisan artikel beliau di blognya. Daripada Muawiyah Bin Abu Sufyan RA, Nabi SAW bersabda : Berwaspadalah kamu dengan puji-pujian kerana ia boleh “menyembelih”. ( Riwayat Ibn Majah )
Ulasan Hadis :
1. Di dalam Hadis ini menerangkan tentang pujian yang berlebihan, kerana pujian yang terlampau akan menyebabkan seseorang itu termakan puji ( membanggakan diri)
2. Menyembelih yang dimaksudkan di dalam hadis ini ialah : Seseorang mungkin terpedaya dengan pujian yang diberikan (Syarah Sunan Ibnu Majah)
3. Pujian yang mulia lagi terpuji ialah pujian terhadap ALLAH, maka kita sangat dituntut untuk memuja muji ALLAH sebanyak yang mungkin kerana hanya DIA sahaja yang layak untuk dipuji tanpa henti.
4. Pujian adalah dibenarkan kepada makhluk di atas keistimewaan dan kelebihan samada zahir mahupun batin yang telah dikurniakan oleh ALLAH SWT, namun ianya tidak boleh melampaui batasan. Pujian yang terlalu meninggi boleh menimbulkan rasa bangga diri, riak, dan ujub dalam diri seseorang.
5. Manakala orang yang menerima pujian pula hendaklah menerima pujian dengan rasa syukur dan tawaduk terhadap ALLAH SWT, ini kerana setiap kurniaan mahupun kebaikan yang ada pada kita sehingga mengundang pujian orang sebenarnya datang daripada ALLAH SWT. Justeru kita hendaklah rasa gembira dengan pujian bukan kerana diri kita tetapi kerana pujian itu selayaknya pada ALLAH, lalu kita mensyukurinya.
6. Jika pujian manusia terhadap kita terhadap perkara yang ada, maka bersyukurlah nescaya ALLAH akan menambah lagi, dan jika pujian manusia pada yang tiada pada kita, hendaklah kita muhasabah dan usaha untuk menjadi lebih baik.
Wallahua'lam Bissawab...
Thursday, April 14, 2011
Demi Masa
Sambil mengadap laptop, mendengar lagu or ayat hafazan, buka facebook kita berkraf. Siap button brooch
Saya Percaya: Teori Sendiri
Saya percaya, kenapa hari ini dunia semakin kelam-kabut dan huru-hara atas beberapa sebab berdasarkan pemerhatian sehingga manusia semakin sesat, tiada arah tuju, peperangan, perpecahan, keganasan dan kebejatan akhlak yang tinggi:
Pandangan Terhadap Manusia:
1. Manusia menjadi hamba dunia bukan hamba Allah SWT
2. Manusia makhluk mencari, namun pencarian tidak tepat
3. Manusia dilanda kepincangan hati dan akhlak dan perikemanusiaan
Terapi terbaik adalah berdasarkan konsep
1. Pergantungan hati pada Pencipta
Sekian.
Nor Afiti Bt Mohd Basri
3.46 am, Jumaat 15/4/2011
"Berfikirlah dan berbuatlah untuk kegunaan sejagat, kelak apabila sudah tiada, tulisan dan buah fikiran ini menjadi bekalan doa"